BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hidung mempunyai tugas menyaring udara dari segala macam
debu yang masuk ke dalam melalui hidung. Tanpa penyaringan ini mungkin debu ini
dapat mencapai paru-paru. Bagian depan dari rongga hidung terdapat rambut
hidung yang berfungsi menahan butiran debu kasar, sedangkan debu halus dan
bakteri menempel pada mukosa hidung. Dalam rongga hidung udara dihangatkan
sehingga terjadi kelembaban tertentu.
Mukosa hidung tertutup oleh suatu lapisan yang disebut
epitel respirateris yang terdiri dari sel-sel rambut getar dan sel “leher”.
Sel-sel rambut getar ini mengeluarkan lendir yang tersebar rata sehingga
merupakan suatu lapisan tipis yang melapisi mukosa hidung dimana debu dan
bakteri ditahan dan melekat. Debu dan bakteri melekat ini tiap kali dikeluarkan
ke arah berlawanan dengan jurusan tenggorokan. Yang mendorong adalah rambut
getar hidung dimana getarannya selalu mengarah keluar. Gerakannya seperti cambuk,
jadi selalu mencambuk keluar, dengan demikian bagian yang lebih dalam dari
lapisan bulu getar ini selalu bersih dan “steril”. Biasanya pada pagi hari hal
ini dapat dicapai.
Bila kedinginan
pH lendir hidung akan cenderung naik, sebaliknya bila kepanasan cenderung pH
menurun. Pada waktu pilek, pH lendir alkalis, sehingga teori sebenarnya dapat
disembuhkan dengan mudah dengan cara menurunkan pHnya, yaitu kearah asam. Jadi
pemberian obat dengan tujuan mengembalikan kondisi normal dari rongga hidung
akan menolong. Obat
untuk hidung sama halnya dengan obat untuk mata, termasuk obat keras yang
diawasi oleh DITJEN POM. Namun demikian ada juga yang dapat dibeli bebas, oleh
karena itu seorang apoteker harus tahu dan menyadari bahwa suatu ketika akan
mengadakan diskusi dengan penderita yang akan beli obat tetes hidung secara
bebas. Obat tetes hidung (OTH) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung
dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat megandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet.
B.
Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai
pada pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian tetes
hidung
2. Untuk Mengetahui bahan-bahan
tambahan yang digunakan pada sediaan
tetes hidung
3. Mengetahui hal-hal penting yang
harus diperhatikan dalam formulasi
sediaan tetes hidung
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tetes Hidung
Sediaan
hidung adalah cairan, semisolid atau sediaan padat yang digunakan pada rongga
hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal. Berisi satu atau lebih bahan aktif. Sediaan
hidung sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberi pengaruh yang
negative pada fungsi mukosa hidung dan cilianya. Sediaan hidung mengandung air
pada umumnya isotonik dan mungkin berisi excipients, sebagai contoh, untuk
melakukan penyesuaian sifat merekat untuk sediaan, untuk melakukan penyesuaian
atau stabilisasi pH, untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif, atau kestabilan
sediaan itu. Sediaan hidung disediakan di (dalam) dosis ganda atau kontainer
dosis tunggal, diberikan jika perlu, dengan suatu alat yang dirancang untuk
menghindari paparan dari kontaminan.
Kecuali
jika dibenarkan dan dijinkan, sediaan hidung mengandung air disediakan dalam
dosis ganda kontainer berisi suatu bahan pengawet antimicrobial dalam
konsentrasi yang sesuai, kecuali bahan aktif sediaan tersebut mempunyai
aktivitas antimicrobial yang cukup.
Beberapa kategori dari sediaan
hidung dapat dibedakan:
·
nasal drops and liquid nasal sprays
·
nasal powders / bedak hidung
·
semisolid nasal preparations /
sediaan hidung semisolid
·
nasal washes / pencuci hidung
·
nasal sticks
Obat
tetes hidung (OTH) adalah
larutan dalam air atau dalam pembawa minyak yang digunakan dengan cara
meneteskannya atau menyemprotkannya kedalam lubang hidung pada daerah
nasopharingeal. Obat tetes hidung adalah suatu obat yang digunakan untuk pilek,
mengandung dekongestan topikal. Selain dalam bentuk tetes hidung, dekongestan
topikal juga dapat berbentuk obat semprot hidung.
Umumnya
OTH mengandung zat aktif :
1.
Antibiotika (ex : Kloramfenikol, neomisin Sultat, Polimiksin B
Sultat)
2.
Sulfonamida
3.
Vasokonstriktor
4.
Antiseptik / germiside (ex : Hldrogen peroksida)
5.
Anestetika lokal (ex : Lidokain HCl )
v Mekanisme pertahanan hidung :
Bulu hidung (saring) > ditangkap oleh mukosa hidung
(selaput lendir) > silia (rambut getar) mendorong kotoran
keluar. Tetes hidung harus steril karena hidung kaya akan jaringan epitel
(yang kaya akan pembuluh darah). Yang perlu diperhatikan bahwa rambut getar
dalam rongga hidung sangat peka terhadap beberapa macam obat misalnya obat yang
mengandung Efedrin HCl, konsentrasi paling tinggi yang dapat ditahan adalah 3%
lebih tinggi dari kadar tersebut akan mengerem kerja dari rambut getar. Larutan
adrenalin yang asam (adrenalin 1 % pH 3) juga akan mengerem kerja dari rambut
getar hidung. Larutan kokain HCl hanya dapat digunakan sampai konsentrasi
paling tinggi 2,5 %. Larutan protalgol mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
rambut getar hidung karena mengendapkan protein (padahal lendir yang
diekskresikan di daerah rambut getar sebagian besar terdiri dari protein).
Obat tetes
hidung harus isoosmotik dengan secret hidung atau isoosmotik dengan cairan
tubuh lainnya yaitu sama denagn larutan NaCl 0,9% . Pengisotonisan ini perlu sekali
maksudnya agar tidak mengganggu fungsi rambut getar, epitel. Sedikit hipertoni
masih diperkenankan. Sebagai bahan pengisotonisan digunakan NaCl atau glukosa.
Tetes
hidung harus steril dan untuk menjaga agar obat terhindar dari
kontaminasi, maka penambahan preservatif juga dilakukan misalnya dengan nipagin
atau nipasol atau kombinasi keduanya. Nipagin dipakai 0,04-0,01 %; sedangkan
campurannya dapat dibuat dengan kombinasi Nipagin (0.026%) + Nipasol (0.014%) .
Secara umum untuk obat (tetes)
hidung harus diperhatikan :
1. Sebaiknya digunakan pelarut air
2. Jangan menggunakan obat yang
cenderung akan mengerem fungsi rambut getar epitel
3. pH larutan sebaiknya diatur sekitar
5,5-6,5 dan agar pH tersebut stabil hendaknya ditambahkan dapar (buffer)
4. Usahakan agar larutan isotonic
5. Agar supaya obat dapat tinggal lama
dalam rongga hidung dapat diusahakan penambahan bahan yang menaikkan
viskositasnya agar mendekati secret lendir hidung
6. Hendaknya
dihindari larutan obat (tetes) hidung yang bereaksi alkali.
7. Penting untuk
diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung yang mengandung menthol,
karena dapat menyebabkan karam (kejang) pada jalan pernafasan
8. Harus tetap stabil selama dalam
pemakaian pasien
9. Harus mengandung antibakteri untuk
mereduksi pertumbuhan bakteri selama dan pada saat obat diteteskan.
B.
Bahan-bahan tambahan yang digunakan pada sediaan
tetes hidung steril
a. Cairan
Pembawa
Umumnya digunakan air. Minyak
lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa obat
tetes hidung. Catatan (Repetitorium):
1. Dalam pembawa minyak
yang dulu digunakan untuk aksi depo sekarang tidak lagi digunakan karena dapat
menimbulkan pnemonia Upoid jika masuk mencapai paru-paru.
2. Sediaan OTH tidak boleh
mengganggu aksi pembersih cillia epithelia pada mukosa hiding. Hidung yang
berfungsi sebagai filter yang harus senantiasa bersih. Kebersihan ini dicapai
dengan aktivitas cilia yang secaro aktif menggerakkan lapisan tipis mucus hidung
pada bagian tenggorokan.
3. Agar aktivitas cillla
epithelial tidak terganggu maka :
· Viskositas larutan harus seimbang
dengan viskositas mucus hidung.
(The Art of Compounding hal 253: pH sekresi hidung dewasa sekitar 5,5-6,5
sedangkan anak-anak sekitar pH 5-6.7)
· pH sediaan sedikit asam
mendekati netral.
· Larutan Isotonis atau Larutan
sedikit hipertonis.
v Cairan pembawa lain :
propilenglikol dan parafin liquid.
b. pH Larutan dan Zat Pendapar (FI, Fornas,
Repetitorium).
pH sekresi hidung orang dewasa antara 5,5 - 6,5
dan pH sekresi anak-anak antara 5,0 - 6,7. Jadi dibuat pH larutan OTH antara pH
5 sampai 6,7. Rhinitis akut menyebabkan pergeseran pH ke arah basa. Peradangan
akut menyebabken pergeseran pH ke arah asam. Larutan sedikit asam akan leblh
efektif bila digunakan untuk pengobatan demam dan infeksi sinusitis. Obat-obat
yang bersifat alkali akan meningkatkan sekresi basa demikian juga sebaliknya
(Fabricant "Modern Medication of Ear, Nose and Throat," New York,
1951). Keduanya dapat mempengaruhi aksi cillia. Jadi penggunaan obat
tetes hidunng bersifat basa adalah kontraindikasi selama rinitis akut dan
rinosinusitiss akut (The Art of Compounding hal 254).
Kapasitas dapar OTH sedang dan isotonis atau
hampir isotonis karena kapasitas dapar cairan mucus hidung rendah, maka larutan
alkali dari sulfonamida tanpa dapar dapat menyebabkan kerusakan serius pada
cillia. Untuk mengatasi kekuatan basa Sulfonamida yang dapat mengiritasi ini
dianjurkan penggunaan propilenglikol.
Disarankan
menggunakan dapar fostat pH 6.5 atau dapar lain yang cocok pH 6.5 dan dibuat
isotonis dengan NaCI.
c. Pensuspensi (FI III)
Dapat digunakan sorbitan (span),
polisorbat (tween) atau surfaktan lain yang cocok, kadar tidak boleh melebihi
dari 0,01 %b/v.
d. Pengental (Repetitorium, Fornas)
Untuk menghasilkan viskositas
larutan yang seimbang dengan viskositas mucus hidung (agar aksi cillia tidak
terganggu). Sering digunakan :
- Metil selulosa (Tylosa) = o,1 -0.5 % ;
- CMC-Na = 0.5-2 %
Larutan yang sangat encer/sangat kental menyebabkan iritasi mukosa
hidung.
e. Pengawet (FI III. Fornas)
Umumnya digunakan :
- Benzolkonium Klorida = O.01 – 0,1 %b/v
- Klorbutanol = 0.5-0.7 % b/v
Pengawet antimikroba digunakan sama
dengan yang digunakan dalam pengawetan larutan obat mata.
f. Tonisitas (Repetitorium)
Kalau dapat larutan
dibuat isotonis (0.9 % NaCI) atau sedikit hipertonis dengan memakai NaCl
atau dekstrosa.
g. Sterilitas
Sediaan hidung steril disiapkan
menggunakan metoda dan material yang dirancang untuk memastikan sterilitas dan
untuk menghindari paparan dari kontaminan dan pertumbuhan dari jasad renik,
rekomendasi pada aspek ini disiapkan dalam bentuk teks pada metoda produksi
sediaan yang steril (BP 2001).
![*](file:///C:/Users/Xperienz/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Tetes hidung Ephedrini
![*](file:///C:/Users/Xperienz/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
tiap 10 ml mengandung :
-
Ephedrini Hydrochloridum 100 mg
-
Natrii
Chloridum 45 mg
-
Chlorbutanolum 50 mg
-
Propylenglycolum
500 µl
-
Aqua
destilata hingga 10 m
Tetes
hidung Efedrin 10 ml merupakan sediaan steril yang berkhasiat
sebagaidekongestan, Obat tetes hidung ini harus isotonis terhadap cairan
hidung, dengan pH normalcairan hidung diperkirakan sekitar 5,5-6,5.Sehingga
digunakan NaCl sebagai zat pengisotonik, selain sebagai zat pengisotonik
NaCl digunakan juga sebagai pelarut dimanachlorobutanol lebih stabil di
dalamnya.
Obat
tetes hidung diawetkan sesuai dengankebutuhannya. Konsentrasi zat pengawet pada
kebanyakan larutan dekongestan hidungsangat rendah dan berkisar antara 0,5-1%.
Pada tetes hidung efedrin pembawanya berupa air,sehingga digunakan
clorbutanolum sebagai pengawet karena sediaan yang dibuat dalam dosisganda.
Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan tetes hidung ini adalah
propilenglikolyang fungsinya sebagai pembawa. Zat pembawa atau pelarut di sini
yaitu digunakan aqua pro injeksi (API) supaya sterildan bebas dari pirogen yang
dibuat dengan cara mendidihkan air untuk injeksi segar selamatidak kurang dari
10 menit didinginkan dan segera digunakanPenimbangan bahan dilebihkan sebanyak
5% dari bobot aslinya. Hal ini dimaksudkanuntuk
mencegah kemungkinan berkurangnya kadar zat dalam sediaan akibatproses pembuatan
dan penyimpanan.
C.
Hal-hal yang harus diperhatiakan
Dalam pembuatan obat tetes hidung,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain :
1. Viskositas
Penambahan metil cellulose sebanyak
0,5 % untuk mendapatkan viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas
mukosa hidung.
2. Isotonis
Iritasi mukosa hidung tidak akan
terjadi jika larutan isotonis atau sedikit hipertonis. Namun, larutan yang
sangat encer atau sangat pekat akan menyebabkan iritasi mukosa hidung. Untuk
tonisitas, kita dapat menambahkan NaCl atau Dekstrosa.
3. Isohidris
Keasaman (pH) sekresi hidung orang
dewasa antara 5,5 – 6,5, sedangkan anak antara 5,0 – 6,7. Rhintis akut
menyebabkan pergeseran pH ke arah basa, sedangkan peradangan akut menyebabkan
pergeseran pH ke arah asam. Sebaiknya, kita menggunakan dapar phosphat pH 6,5.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik
dari makalah ini antara lain :
1. Sediaan hidung adalah cairan,
semisolid atau sediaan padat yang digunakan pada rongga hidung untuk memperoleh
suatu efek sistemik atau lokal.
2. Bahan-bahan tambahan yang digunakan
pada sediaan tetes hidung steril yaitu:
- Cairan Pembawa
- pH Larutan dan Zat
Pendapar
- Pensuspensi
- Pengental
- Pengawet
-
Tonisitas
- Sterilitas
3.
Dalam
pembuatan sediaan obat tetes hidung, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
- Viskositas
- Isotonis
- Isohidris
DAFTAR PUSTAKA
1. Lukas, Stefanus. Formulasi Steril.
Andi Ofset. Yogyakarta. 2011
MAKALAH
OBAT MELALUI
HIDUNG
![](file:///C:/Users/Xperienz/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
KELOMPOK : 7
1.
MEGA ANA PRATAMA
2.
DWI WINDA MARSUCI
3.
UUNG HALIM APRIYADI
4.
SALIS MAYSAROH
D3 KEPERAWATAN 1B
STIKES AL-IRSYAD
AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2012/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar