KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan
respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan
adalah essensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar
untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya
dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang
mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis.
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan
“homeostasis”.
A. Komposisi Cairan Tubuh
B. Kompartemen Cairan
C. Fungsi dan Kebutuhan Cairan Tubuh
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass). Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda antar orang.
Prosentase Total Cairan Tubuh Dibandingkan Berat Badan
![diagram 2 diagram 2](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uRub641rfaVKo1apQCWyU5ABxKVegBGVWgQXWjxbLjiDLA8q1yCac7y0UzneTlgOph39UsvmQgGX5m_dYXiAeIsor1RmIj52aSm4uyi4ZTchsLRvXE-VwPCZkOniKD17KYT6x8m6W-s5aiTw=s0-d)
Distribusi Cairan Tubuh
Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (Ces) Dan Cairan Intraseluler (Cis) Pada Dewasa Normal Terhadap Berat Badan
Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th ed. McGraw Hill, 1987, p.9.
Bagi manusia, air berfungsi sebagai bahan pembangunan disetiap sel tubuh. Cairan manusia memiliki fungsi yang sangat vital, yaitu untuk mengontrol suhu tubuh dan menyediakan lingkungan yang baik bagi metabolisme. Cairan tubuh bersifat elektrolit (mengandung atom bermuatan listrik) dan alkalin (basa). Dengan demikian air digunakan dalam tubuh sebagai pelarut, bagian dari pelumas, pereaksi kimia, mengatur suhu tubuh, sebagai sumber mineral, serta membantu memelihara bentuk dan susunan tubuh. Air yang dibutuhkan manusia berasal dari makanan dan minuman serta pertukaran zat dalam tubuh.
Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu :
D. Distribusi dan Keseimbangan Cairan Tubuh
Sumber : Almatsier (2001) disitasi dari Whitney et al. (1993) Understanding Nutrition
A. Komposisi Cairan Tubuh
Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).
2. Solut (substansi terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu berupa elektrolit dan non-elektrolit.
- Elektrolit : Substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam larutan
dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi
ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling
berikatan satu sama lain (mEq/L) atau dengan berat molekul dalam garam
(mmol/L). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen,
dalam larutan selalu sama. Bila garam larut dalam air, misalnya garam
Nacl, akan terjadi disosiasi sehingga terbentuk ion-ion bermuatan
positif dan negatif. Ion positif dinamakan kation, sedangkan ion negatif
dinamakan anion. Ion mengandung muatan listrik dinamakan elektrolit.
Cairan tubuh yang mengandung air dan garam dalam keadaan disosiasi
dinamakan larutan elektrolit. Dalam semua larutan elektrolit, ada
keseimbangan antara konsentrasi anion dan kation.
- Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.
- Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO43-).
Tubuh menggunakan elektrolit untuk
mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-sel tubuh memilih elektrolit
untuk ditempatkan diluar (terutama natrium dan klorida) dan didalam sel
(terutama kalium, magnesium, fosfat, dan sulfat). Molekul air, karena
bersifat polar, menarik elektrolit. Walaupun molekul air bermuatan nol,
sisi oksigennya sedikit bermuatan negatif, sedangkan hidrogennya sedikit
bermuatan positif. Oleh sebab itu, dalam suatu larutan elektrolit, baik
ion positif maupun ion negatif menarik molekul air disekitarnya.
- Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
B. Kompartemen Cairan
Seluruh cairan tubuh didistribusikan
diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan intraselular (CIS) dan
cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total
cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42
L. persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin
dan derajat obesitas (Guyton & Hall, 1997)
- Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total
Adalah cairan yang terkandung di dalam
sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah
intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg).
Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
- Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif
dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir,
kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1 tahun, volume
relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini
hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
Cairan Ekstraseluler terdiri dari :- Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
- Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentransfor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
- Pengiriman nutrien (misal ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
- Transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
- Pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
- Transpor hormon ke tempat aksinya
- Sirkulasi panas tubuh
- Cairan Transelular (CTS)
Adalah cairan yang terkandung di dalam
rongga khusus dari tubuh. Contoh CTS meliputi cairan serebrospinal,
perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi
lambung. Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah
besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular
setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara
normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass). Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda antar orang.
Prosentase Total Cairan Tubuh Dibandingkan Berat Badan
Distribusi Cairan Tubuh
Bagi manusia, air berfungsi sebagai bahan pembangunan disetiap sel tubuh. Cairan manusia memiliki fungsi yang sangat vital, yaitu untuk mengontrol suhu tubuh dan menyediakan lingkungan yang baik bagi metabolisme. Cairan tubuh bersifat elektrolit (mengandung atom bermuatan listrik) dan alkalin (basa). Dengan demikian air digunakan dalam tubuh sebagai pelarut, bagian dari pelumas, pereaksi kimia, mengatur suhu tubuh, sebagai sumber mineral, serta membantu memelihara bentuk dan susunan tubuh. Air yang dibutuhkan manusia berasal dari makanan dan minuman serta pertukaran zat dalam tubuh.
Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu :
- Pelarut dan alat angkut. Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon.
- Katalisator. Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk didalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk lebih sederhana.
- Pelumas. Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.
- Fasilitator pertumbuhan. Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun.
- Pengatur suhu. Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam mendistribusikan panas didalam tubuh.
- Peredam benturan. Air dalam mata, jaringan syaraf tulang belakang, dan dalam kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan.
D. Distribusi dan Keseimbangan Cairan Tubuh
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi
kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan intraseluler (cairan di
dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada
di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula.
Cairan ekstraseluler terdiri atas cairan interstisial atau intraseluler
(sebagian besar) yang terdapat disel-sel dan cairan intravaskular berupa
plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu kehilangan dan mengalami
penggantian bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam tiap
kompartemen dipertahankan agar selalu berada dalam keadaan homeostatik /
tetap. Keseimbangan cairan di tiap komportemen menentukan volume dan
tekanan darah.
Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi
semua elektrolit yang sesuai didalam cairan tubuh, sehingga tercapai
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini penting bagi
kehidupan sel, karena sel harus secara terus menerus berada didalam
cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan didalam maupun diluar
sel. Mineral makro terdapat dalam bentuk ikatan garam yang larut dalam
cairan tubuh. Sel-sel tubuh mengatur kemana garam harus bergerak dengan
demikian menetapkan kemana cairan tubuh harus mengalir, karena cairan
mengikuti garam. Kecenderungan air mengikuti garam dinamakan osmosis.
Keseimbangan cairan tubuh adalah
keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar. Melalui
mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan didalam tubuh setiap
waktu berada dalam jumlah yang tetap/konstan. Ketidakseimbangan terjadi
pada dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan intoksikasi air
(kelebihan air). Konsumsi air terdiri atas air yang diminum dan yang
diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil
metabolisme. Air yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan
sebagai urin, air didalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit
dan paru-paru. Keseimbangan air rata-rata berupa masukan dan ekskresi
dapat dilihat pada tabel berikut :
Masukan Air | Jumlah (ml) | Ekskresi /Keluaran Air | Jumlah (ml) |
Cairan | 550-1500 | Ginjal | 500-1400 |
Makanan | 700-1000 | Kulit | 450-900 |
Air metabolik | 200-300 | Paru-paru | 350 |
Feses | 150 | ||
Jumlah | 1450-2800 | 1450-2800 |
Air dibuang dari tubuh melalui air seni,
keringat, dan penguapan air melalui alat pernapasan yaitu sebagai sarana
transportasi zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh. Aktivitas tubuh
akan selalu mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urin, feses dan
nafas. Tubuh akan kehilangan cairan sekitar 2.5 liter setiap hari. Untuk
menjaga agar kondisi dan fungsi cairan tubuh tidak terganggu,
kehilangan tersebut harus diganti. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan
air atau kehilangan air maka akan menimbulkan dehidrasi.
Dehidrasi adalah suatu keadaan kehilangan
cairan sehingga mengganggu fungsi normal organ-organ tubuh. Tubuh kita
dapat mengalami dehidrasi disebabkan oleh masukan air kurang atau
keluaran air berlebihan. Dehidrasi karena keluaran air berlebihan
disebabkan oleh diare atau peningkatan aktivitas fisik.
Pada aktivitas fisik biasa, tubuh
kehilangan air sebanyak 2,5 liter per hari, sebagian besar (60%)
dikeluarkan melalui air seni. Pada peningkatan aktivitas fisik, misalnya
berolahraga, kehilangan air mencapai 1-2 liter per jam, sebagian besar
(95%) dikeluarkan melalui keringat. Banyaknya air yang hilang tergantung
pada intensitas aktivitas fisik, dan suhu dan kelembaban. Makin besar
intensitas latihan, suhu dan kelembaban, akan semakin besar kehilangan
air.
Rasa haus merupakan gejala awal terjadinya
dehidrasi. Kehilangan air sebanyak 2% dari berat badan dapat
menyebabkan peningkatan laju jatung dan suhu tubuh. Kematian dapat
terjadi bila kehilangan air mencapai 9-12% berat badan. Pada dehidrasi,
tubuh tidak hanya kehilangan air tetapi juga kehilangan elektrolit dan
glukosa. Disamping air, dehidrasi menyebabkan kehilangan elektrolit.
Kehilangan natrium dan klorida dapat mencapai 40-60 mEq/liter, sedangkan
kalium dan magnesium 1,5-6 mEq/liter. Kehilangan elektrolit akan
mempercepat timbulnya gejala dan gangguan fungsi organ-organ.
Dehidrasi akan mengakibatkan menurunnya
volume plasma sehingga menimbulkan gangguan termoregulasi dan kerja
jantung. Selanjutnya akan mempengaruhi kinerja tubuh secara keseluruhan.
Dehidrasi juga menurunkan kemampuan sistem kardiovaskuler dan
pengaturan suhu tubuh. Dehidrasi berat menyebabkan kerja otak terganggu
sehingga cenderung mengalami halusinasi.
Rehidrasi dengan memberikan air minum
biasa justru akan sangat berbahaya pada kehilangan elektrolit. Air minum
biasa menyebabkan CES menjadi hipoosmolar sehingga air masuk ke CIS.
Minum air biasa terus menerus semakin meningkatkan hipoosmolaritas CES
dan menambah volume air yang masuk ke CIS sehingga mengakibatkan
pembengkakan sel yang dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu
komposisi cairan rehidrasi harus mengandung elektrolit dan glukosa dalam
jumlah yang cukup untuk mengganti yang hilang.
E. Pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Jumlah berbagi jenis garam di dalam tubuh
hendaknya dijaga dalam keadaan konstan. Bila terjadi kehilangan garam
dari tubuh, maka harus diganti dari sumber diluar tubuh, yaitu dari
makanan dan minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar
konsentrasi semua mineral berada dalam batas-batas normal.
Pengaturan air dari tubuh diatur oleh
ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur konsentrasi garam di dalam darah,
merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan hormon antidiuretika (ADH),
Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan
ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.
Pengaturan keseimbangan air oleh ginjal dan otak disajikan pada diagram berikut :
Ginjal Otak
ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam
tubuh terlalu tinggi, atau bila volume darah atau tekanan darah terlalu
rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap air kembali
dan mengedarkannya kembali kedalam tubuh. Jadi, semakin banyak air
dibutuhkan tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila terlalu banyak
air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun.
Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein
di dalam darah yang dinamakan angiotensin kedalam bentuk aktifnya
angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah
sehingga tekanan darah akan naik. Disamping itu angiotensin mengatur
pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan
mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air. Akibatnya bila
dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan tubuh.
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas
permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan. selain itu
sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan
disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan
metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini
dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh
akan memecah cadangan energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan
cairan dari interstisial ke intraselular.
DAFTAR PUSTAKA
Yuniastuti, ari, 2008. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu : Yogyakarta
Almatsier, sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia : Jakarta
http//. www. keperawatankita.wordpress.com weblog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar