BAB I
LATIHAN NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF
A.
PENGERTIAN BATUK EFEKTIF
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana
klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak
secara maksimal.
Batuk merupakan gerakan refleks yang bersifat reaktif
terhadap masuknya benda asing dalam saluran pernapasan. Gerakan ini terjadi
atau dilakukan tubuh sebagai mekanisme alamiah terutama untuk melindungi paru
paru.
Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis
sebagai terapi untuk menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan
akibat sejumlah penyakit. Itulah yang dimaksud pengertian batuk efektif.
Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja.
Namun dibandingkan dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap
masuknya benda asing dalam saluran pernapasan, batuk efektif dilakukan melalui
gerakan yang terencana atau dilatihkan terlebih dahulu. Dengan batuk efektif,
maka berbagai penghalang yang menghambat atau menutup saluran pernapasan dapat
dihilangkan .
Bentuk
Latihan Nafas Dalam,Terdiri atas :
a.
Pernafasan Diafragma
1. Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah.
2. Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar atau setengah duduk.
3. Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan yang lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi. Saat gerakan (ekskursi) dada minimal. Dinding dada dan otot bantu napas relaksasi.
4. Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui mulut (pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah.
5. Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat diletakkan di atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini.
1. Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah.
2. Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar atau setengah duduk.
3. Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan yang lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi. Saat gerakan (ekskursi) dada minimal. Dinding dada dan otot bantu napas relaksasi.
4. Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui mulut (pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah.
5. Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat diletakkan di atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini.
b.
Pursed lips breathing
(b.1) menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup
(b.2) kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul
(b.3) PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi
(b.4) Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung
(b.5) Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi
(b.1) menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup
(b.2) kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul
(b.3) PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi
(b.4) Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung
(b.5) Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi
Pengobatan
Untuk Batuk Efektif
Penatalaksanaan batuk yang paling
baik adalah pemberian obat spesifik terhadap etiologinya.
Tiga
bentuk penatalaksanaan batuk adalah :
1.
Tanpa
pemberian obat
Penderita-penderita dengan batuk
tanpa gangguan yang disebabkan oleh penyakit akut dan sembuh sendiri biasanya
tidak perlu obat.
2.
Pengobatan
spesifik
Pengobatan ini diberikan terhadap
penyebab timbulnya batuk.
3.
Pengobatan
simtomatik
Diberikan baik kepada penderita yang
tidak dapat ditentukan penyebab batuknya maupun kepada penderita yang batuknya
merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan potensial dapat menimbulkan
komplikasi.
Keterangan
Bentuk penatalaksanaan :
1 a. Pengobatan Spesifik
Pengobatan spesifik batuk tergantung
dari etiologi atau mekanismenya. Asma diobati dengan bronkodilator atau
kortikosteroid. Post nasal drip
karena sinusitis diobati dengan antibiotik, obat semprot hidung dan kombinasi
antihistamin-dekongestan, post nasal drip
karena alergi atau rinitis non alergi ditanggulagi dengan menghindari
lingkungan yang mempunyai faktor pencetus dan kombinasi
antihistamin-dekongestan. Refluks gastroesofageal diatasi dengan
meninggikan kepala, modifikasi diet, antasid dan simetidin. Batuk pada
bronkitis kronis diobati dengan menghentikan merokok. Antibiotik diberikan pada
pneumonia, sarkoidosis diobati dengan kortikosteroid dan batuk pada gagal
jantung kongestif dengan digoksin dan furosemid. Pengobatan spesifik juga dapat
berupa tindakan bedah seperti reseksi paru pada kanker paru, polipektomi,
menghilangkan rambut dari saluran telinga luar.
2 a. Pengobatan Simptomatik
Pengobatan simptomatik diberikan
apabila :
1.
Penyebab batuk yang pasti tidak diketahui, sehingga pengobatan spesifik tidak
dapat diberikan.
2.
Batuk tidak berfungsi baik dan komplikasinya membahayakan penderita.
Obat yang digunakan untuk pengobatan simptomatik ada dua
jenis yaitu antitusif, dan mukokinesis.
1. Antitusif
Antitusif adalah obat yang menekan
refleks batuk, digunakan pada gangguan saluran nafas yang tidak produktif dan
batuk akibat teriritasi. Secara umum berdasarkan tempat kerja obat antitusif
dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang berkerja di
sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan
non-narkotik.
1a)
Antitusif yang bekerja di perifer,
yaitu Obat golongan ini menekan
batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran nafas, yaitu pada reseptor
iritan perifer dengan cara anastesi langsung atau secara tidak langsung
mempengaruhi lendir saluran nafas.
a.
Obat-obat
anestesi
Obat anestesi lokal seperti
benzokain, benzilalkohol, fenol dan garam fenol digunakan dalam pembuatan lozenges. Obat ini mengurangi batuk
akibat rangsang reseptor iritan di faring, tetapi hanya sedikit manfaatnya
untuk mengatasi batuk akibat kelainan salauran nafas bawah. Obat anestesi yang
diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain dan lidokain sangat
bermanfaat dalam menghambat batuk akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi.
Beberapa hal harus diperhatikan dalam pemakaian obat anestesi topikal yaitu :
1.
Resiko aspirasi beberapa jam sesudah pemakaian obat.
2.
Diketahui kemungkinan reaksi alergi terhadap obat anestesi.
3.
Peningkatan tekanan jalan nafas sesudah inhalasi zat anestesi.
4.
Resiko terjadinya efek toksis sistemik termasuk aritmia dan kejang terutama
pada penderita penyakit hati dan jantung.
b.
Demulcent
Obat ini bekerja melapisi mukosa
faring dan mencegah kekeringan selaput lendir. Obat ini digunakan sebagai
pelarut antitusif lain atau sebagai lozenges
yang mengandung madu, akasia, gliserin dan anggur. Secara objektif tidak ada
data yang menunjukkan obat ini mempunyai efek antitusif yang bermakna, tetapi
karena aman dan memberikan perbaikan subjektif obat ini banyak dipakai.
(1b)
Antitusif yang bekerja sentral,
Obat ini berkerja menekan batuk
dengan meninggikan ambang rangsangan yang dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk
dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik.
a.
Golongan
narkotik
Opiat dan derivatnya mempunyai
berbagai macam efek farmakologi sehingga digunakan sebagai analgesik,
antitusif, sedatif, menghilangkan sesak karena gagal jantung dan anti diare.
Diantara alkaloid ini morfin dan kodein sering digunakan. Efek samping obat ini
adalah penekanan pusat nafas, konstipasi, kadang-kadang mual dan muntah, serta
efek adiksi. Opiat dapat menyebabkan terjadinya brokospasme karena pelepasan
histamin. Tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapi untuk antitusif.
Kodein merupakan antitusif narkotik yang paling efektif dan salah satu obat
yang paling sering diresepkan. Pada orang dewasa dosis tunggal 20-60 mg atau
40-160 mg per hari biasanya efektif. Kodein ditolerir dengan baik dan sedikit
sekali menimbulkan ketergantungan. Disamping itu obat ini sangat sedikit sekali
menyebabkan penekanan pusat nafas dan pembersihan mukosiliar.
b.
Golongan
Antitusif Non-Narkotik
§ Dekstrometorfan
Obat ini tidak mempunyai efek analgesik
dan ketergantungan. Obat ini efektif bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap
4-8 jam, dosis dewasa 10-20 mg setiap 4 jam. Anak-anak umur 6-11 tahun 5-10 mg.
Sedangkan anak umur 2-6 tahun dosisnya 2,5 – 5 mg setiap 4 jam.
§ Butamirat sitrat
Obat ini bekerja pada sentral dan
perifer. Pada sentral obat ini menekan pusat refleks dan di perifer melalui
aktifitas bronkospasmolitik dan aksi antiinflamasi. Obat ini ditoleransi dengan
baik oleh penderita dan tidak menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah
dan penekanan susunan saraf pusat. Butamirat sitrat mempunyai keunggulan lain
yaitu dapat digunakan dalam jangka panjang tanpa efek samping dan memperbaiki
fungsi paru yaitu meningkatkan kapasitas vital dan aman digunakan pada anak.
Dosis dewasa adalah 3x15 ml dan untuk anak-anak umur 6-8 tahun 2x10 ml
sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun dosisnya 2x15 ml.
§ Difenhidramin
Obat ini tergolong obat
antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik pada bronkitis. Efek
samping yang dapat ditimbulkan ialah mengantuk, kekeringan mulut dan hidung,
kadang-kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini mempunyai
efek antikolinergik karena itu harus digunakan secara hati-hati pada penderita
glaukoma, retensi urin dan gangguan fungsi paru. Dosis yang dianjurkan sebagai
obat batuk ialah 25 mg setiap 4 jam, tidak melebihi 100 mg/ hari untuk dewasa.
Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam dan tidak
melebihi 50 mg/ hari. Sendangkan untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4
jam dan tidak melebihi 25 mg / hari
2. Mukoheksin
Retensi cairan yang patologis di
jalan nafas disebut mukostasis. Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi
keadaan itu disebut mukokinesis. Obat mukokinesis dikelompokkan atas beberapa
golongan :
v Diluent ( cairan )
Air adalah diluent yang pertama
berguna untuk mengencerkan cairan sputum. Cairan elektrolit : larutan garam
faal merupakan larutan yang paling sesuai untuk nebulisasi dan cairan lavage , larutan garam hipotonik
digunakan pada pasien yang memerlukan diet garam
v Surfaktan
Obat ini bekerja pada permukaan
mukus dan menurunkan daya lengket mukus pada epitel. Biasanya obat ini
dipakai sebagai inhalasi, untuk itu perlu dilarutkan dalam air atau larutan
elektrolit lain. Sulit dibuktikan obat ini lebih baik daripada air atau larutan
elektrolit saja pada terapi inhalasi.
v Mukolitik
Obat ini memecah rantai molekul
mukoprotein sehinggaa menurunkan viskositas mukus. Termasuk dalam golongan ini
antara lain ialah golongan thiol dan enzim proteolitik.
a.
Golongan
Thiol
Obat ini memecah rantai disulfida
mukoprotein, dengan akibat lisisnya mukus. Salah satu obat yang termasuk
golongan ini adalah asetilsistein.
ü Asetilsistein
Asetilsistein adalah derivat
H-Asetil dari asam amino L-sistein, digunakan dalam bentuk larutan atau
aerosol. Pemberian langsung ke dalam saluran napas melalui kateter atau
bronkoskop memberikan efek segera, yaitu meningkatkan jumlah sekret bronkus
secara nyata. Efek samping berupa stomatitis, mual, muntah, pusing, demam, dan
menggigil jarang ditemukan.
Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2-3
kali per oral. Pemberian secara inhalasi dosisnya adalah 1-10 ml larutan 20%
atau 2-20 ml larutan 10% setiap 2-6 jam. Pemberian langsung ke dalam saluran
napas menggunakan larutan 10-20% sebanyak 1-2 ml setiap jam. Bila diberikan
sebagai aerosol harus dicampur dengan bronkodilator oleh karena mempunyai efek
bronkokonstriksi.
Obat ini selain diberikan secara
inhalasi dan oral, juga dapat diberikan secara intravena. Pemberian aerosol
sangat efektif dalam mengencerkan mukus.
Di samping bersifat mukolitik,
N-Asetilsistein juga mempunyai fungsi antioksidan. N-Asetilsistein merupakan
sumber glutation, yaitu sumber yang bersifat antioksidan. Pemberian
N-Asetilsistein dapat mencegah kerusakan saluran napas yang disebabkan oleh
oksidan. Pada perokok kerusakan saluran napas terjadi karena zat-zat oksidan
dalam asap rokok mempengaruhi keseimbangan oksidan dan antioksidan. Dengan
demikian pemberian N-Asetilsistein pada perokok dapat mencegah kerusakan
parenkim paru terhadap efek oksidan dalam asap rokok, sehingga mencegah
terjadinya emfisem.
Penelitian pada penderita penyakit
saluran pernapasan akut dan kronik menunjukkan bahwa N-Asetilsistein efektif
dalam mengatasi batuk, sesak napas dan pengeluaran dahak. Perbaikan klinik
pengobatan dengan N-Asetilsistein lebih baik bila dibandingkan dengan
bromheksin.
Ø Enzim Proteolitik
Enzim protease seperti tripsin,
kimotripsin, streptokinase, deoksiribonuklease dan streptodornase dapat
menurunkan viskositas mukus. Enzim ini lebih efektif diberikan pada penderita
dengan sputum yang purulen. Diberikan sebagai terapi inhalasi. Tripsin dan
kimotripsin mempunyai efek samping iritasi tenggorokan dan mata, batuk, suara
serak, batuk darah, bronkospasme, reaksi alergi umum, dan metaplasia bronkus.
Deoksiribonuklease efek sampingnya lebih kecil, tetapi efektifitasnya tidak
melebihi asetilsistein.
-
Bronkomukotropik
Obat golongan ini bekerja langsung
merangsang kelenjar bronkus. Zat ini menginduksi pengeluaran seromusin sehingga
meningkatkan mukokinesis. Umumnya obat-obat inhalalasi yang mengencerkan mukus
termasuk dalam golongan ini. Biasanya obat ini mempunyai aroma. Contoh obat ini
adalah mentol, minyak kamper, balsem dan minyak kayu putih.
Vicks vapo Rub®
mengandung berbagai minyak yang mudah menguap, adalah bronkomukotropik yang
paling populer.
-
Bronkorrheik
Iritasi permukaan saluran napas
menyebabkan pengeluaran cairan. Saluran napas bereaksi terhadap zat-zat iritasi
yang toksik, pada keadaan berat dapat terjadi edema paru. Iritasi yang lebih
ringan dapat berfungsi sebagai pengobatan, yaitu merangsang pengeluaran cairan
sehingga memperbaiki mukokinesis. Contoh obat golongan ini adalah larutan
garam hipertonik.
-
Ekspektoran
Ekspektoran adalah obat yang
meningkatkan jumlah cairan dan merangsang pengeluaran sekret dari saluran
napas. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui :
§ refleks vagal gaster
§ stimulasi topikal dengan inhalasi zat
§ perangsangan vagal kelenjar mukosa bronkus
§ perangsangan medula
Refleks vagal gaster adalah
pendekatan yang paling sering dilakukan untuk merangsang pengeluaran cairan
bronkus. Mekanisme ini memakai sirkuit refleks dengan reseptor vagal gaster
sebagai afferen dan persarafan vagal kelenjar mukosa bronkus sebagai efferen.
Termasuk ke dalam ekspektoran dengan
mekanisme ini adalah :
-
Amonium klorida
-
Kalium yodida
-
Guaifenesin ( gliseril guaiakolat )
-
Sitrat ( Natrium sitrat )
-
Ipekak
Ø Kalium yodida
Obat ini adalah ekspektoran yang
sangat tua dan telah digunakan pada asma dan bronkitis kronik. Selain sebagi
ekspektoran obat ini mempunyai efek menurunkan elastisitas mukus dan secara
tidak langsung menurunkan viskositas mukus. Mempunyai efek samping angioderma,
serum sickness, urtikaria, purpura trombotik trombositopenik dan periarteritis
yang fatal. Merupakan kontraindikasi pada wanita hamil, masa laktasi dan
pubertas. Dosis yang dianjurkan pada orang dewasa 300 - 650 mg, 3-4 kali sehari
dan 60-250 mg, 4 kali sehari untuk anak-anak.
Ø Guaifenesin ( gliseril guaiakolat )
Selain berfungsi sebagai ekspektoran
obat ini juga memperbaiki pembersihan mukosilia. Obat ini jarang menunjukkan
efek samping. Pada dosis besar dapat terjadi mual, muntah dan pusing. Dosis
untuk dewasa biasanya adalah 200-400 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 2-4
gram per hari. Anak-anak 6-11 tahun, 100-200 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi
1-2 gram per hari, sedangkan untuk anak 2-5 tahun, 50-100 mg setiap 4 jam dan
tidak melebihi 600 mg sehari.
-
Mukoregulator
Obat ini merupakan mukokinetik yang
bekerja pada kelenjar mukus yang mengubah campuran mukoprotein sehingga sekret
menjadi lebih encer, obat yang termasuk golongan ini adalah bromheksin dan
S-karboksi metil sistein.
Ø Bromheksin
Bromheksin adalah komponen alkaloid
dari vasisin dan ambroksol adalah metaboliknya. Obat ini meningkatkan jumlah
sputum dan menurunkan viskositasnya. Juga ia merangsang produksi surfaktan dan
mungkin bermanfaat pada sindrom gawat napas neonatus. Kedua obat ini
ditoleransi dengan baik, tetapi dapat menyebabkan rasa tidak enak di
epigastrium dan mual. Harus hati-hati pada penderita tukak lambung. Dosis
bromheksin biasanya 8-16 mg 3 kali sehari, sedangkan ambroksol 45-60 mg sehari.
Ø S-karboksi
metil sistein
Obat ini adalah derivat sistein yang
lain, juga bermanfaat menurunkan viskositas mukus. Dosis obat ini biasanya 750
mg 3 kali sehari. Obat ini memberikan efek setelah diberikan 10-14 hari.
-
Mediator Otonom
Stimulator yang palin poten untuk
sekresi saluran napas adalah obat-obat kolinergik seperti asetilkolin dan
metakolin. Kenyataannya obat ini sangat kuat sehingga menimbulkan banyak efek
samping antara lain bronkospasme.
Obat-obat simpatomimetik juga bisa
merangsang pengeluaran sekret. Obat Beta 2 agonis juga menyebabkan
bronkodilatasi dan merangsang pergerakan silia. Oleh karena itu menfaat ini
dalam mekanisme pengeluaran sekret tidak diketahui dengan jelas.
B.
TUJUAN
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif
yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan
:
a.
Merangsang terbukanya sistem kolateral
b.
Meningkatkan distribusi ventilasi
c.
Meningkatkan volume paru
d.
Memfasilitasi pembersihan saluran napas
Batuk yang tidak efektif menyebebkan
:
1.
Kolap saluran napas
2.
Ruptur dinding alveoli
3.
Pneumothoraks
Latihan pernapasan bertujuan untuk :
1.
Mengatur frekuensi dan pola napas sehingga mengurangi air trapping
2.
Memperbaiki fungsi diafragma
3.
Memperbaiki mobilitas sangkar toraks
C.
INDIKASI BATUK EFEKTIF
Dilakukan
pada pasien seperti :COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection,
pasien bedrest atau post operasi.
1. COPD / PPOK
Penyakit paru obstruktif kronik
Penyakit ini sitandai oleh hambatan aliran udara
disaluran nafas yang bersifat progresif non reversible atau reversible parsial.
Ppok terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
2. Emphysema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dining
alveoli.
3. Fibrosis
4. Asma
Merupakan gangguan inflamasi pada jalan nafas yang
ditandai oleh opstruksi aliran udara nafas dqan respon jalan nafas yang
berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan.
5. Chest infection
6. Pasien bedrest atau post operasi
Huff Coughing adalah tehnik mengontrol batuk yang
dapat digunakan pada pasien menderita penyakit paru-paru seperti COPD/PPOK,
emphysema atau cystic fibrosis.
· Huff Coughing :
1. Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk huff, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas secar perlahan selama 3 – 4 detik.
2. Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai overventilasi paru-paru.
3. Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
4. Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan mempermudah pengeluaran mucus.
5. Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
6. Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan
7. Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/dahak.
1. Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk huff, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas secar perlahan selama 3 – 4 detik.
2. Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai overventilasi paru-paru.
3. Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
4. Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan mempermudah pengeluaran mucus.
5. Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
6. Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan
7. Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/dahak.
· Postsurgical Deep Coughing
a) Step 1 :
•Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dpat berbaring terlentang dengan lutut agak ditekukkan.
•Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka operasi dengan kedua tangan
•Bernafaslah dengan normal
•Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dpat berbaring terlentang dengan lutut agak ditekukkan.
•Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka operasi dengan kedua tangan
•Bernafaslah dengan normal
b) Step 2 :
•Bernafaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung.
•Kemudian keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut, Ulangi untuk yang kedua kalinya.
•Untuk ketiga kalinya, Ambil nafas secara pelan dan dalam melalui hidung, Penuhi paru-paru sampai terasa sepenuh mungkin.
•Bernafaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung.
•Kemudian keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut, Ulangi untuk yang kedua kalinya.
•Untuk ketiga kalinya, Ambil nafas secara pelan dan dalam melalui hidung, Penuhi paru-paru sampai terasa sepenuh mungkin.
c) Step 3 :
•Batukkan 2 – 3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk mengeluarkan udara dari paru-paru semaksimalkan mungkin ketika batuk.
•Relax dan bernafas seperti biasa
•Ulangi tindakan diatas.
•Batukkan 2 – 3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk mengeluarkan udara dari paru-paru semaksimalkan mungkin ketika batuk.
•Relax dan bernafas seperti biasa
•Ulangi tindakan diatas.
D.
KONTRAINDIKASI
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia.
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia.
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas
E.
ALAT DAN BAHAN
1.
sarung tangan
2.
bengkok
3.
antiseptik (jika perlu)
4.
sputum pot
5.
tisu habis pakai
6.
Air Minum Hangat
F.
PROSEDUR
1. Fase
Prainteraksi
a.
Mengecek
program terapi
b.
Mencuci
tangan
c.
Menyiapkan
alat
2. Fase
Orientasi
a.
Memberikan
salam dan sapa nama pasien
b.
Menjelaskan
tujuan dan prosedur pelaksanaan
c.
Menanyakan
persetujuan/kesiapan pasien
3. Fase
Kerja
a.
Menjaga
privacy pasien
b.
Mempersiapkan
pasien
c.
Meminta
pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen
d.
Melatih
pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3
hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
e.
Meminta
pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung)
f.
Meminta
pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
g.
Meminta
menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti
meniup)
h.
Meminta
pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot
i.
Memasang
perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila
tidur miring)
j.
Meminta
pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan nafas
dan batukkan dengan kuat
k.
Menampung
lender dalam sputum pot
l.
Merapikan
pasien
4. Fase
Terminasi
a.
Melakukan
evaluasi tindakan
b.
Berpamitan
dengan klien
c.
Mencuci
tangan
d.
Mencatat
kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
![]() |
|||||
|
|||||
|
|||||
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar