Kamis, 04 Juli 2013

PEMERIKSAAN FISIK PADA ABDOMEN


 PEMERIKSAAN FISIK PADA ABDOMEN

PENDAHULUAN


            Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit (Wikipedia. 2010).
Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Untuk bisa melakukan pemeriksaan fisik yang tapat dan akurat maka diperlukan suatu pengetahuan tentang bagaimana anatomi dan fisiologi fisik. Dengan demikian nantinya bisa ditentukan apakah pemeriksaan fisik yang dilakukan itu memberikan hasil yang normal ataukah abnormal.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik.
Dari berbagai bagian pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan kepada pasien, makalah ini memfokuskan untuk membahas bagaimana pemeriksaan fisik khususnya pada abdomen. Makalah ini membahas entang bagaimana anatomi dan fisiologi tubuh khususnya pada abdomen, kemudian pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan pada abdomen, serta abnormalitas yang mungkin ditemukan dalam abdomen.



BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI ABDOMEN


Abdomen merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa organ-organ penting tubuh yaitu lambung, usus, pankreas, hati, limpa serta ginjal. Abdomen merupakan lokasi dari beberapa sistem yang dimiliki tubuh, diantaranya Sistem Pencernaan, Sistem Perkemihan, Sistem Endokrin, serta Sistem Reproduksi. Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan, perawat harus memahami struktur anatomi perut yang meliputi daerah-daerah/ bagian dan batas-batas perut.
1.1    Pembagian Abdomen
Untuk memudahkan kita mengenali letak topografi dari perut dan dada, Dr. Djoko Setijadji Rahardjo. DTMH (2001) menjelaskan adanya garis-garis yang dijadikan pedoman antara lain :
1.    Linea Media Anterior
Yakni garis imajiner yang ditarik dari ujung sternum (lekuk supra sternum/sulcus jugularis), lurus ke bawah sampai ke symphisis melalui umbilicus ke atas ke kepala tepat lewat glabella terus ke atas sampai vertex.
2.    Linea Mamilaris (Linea Medio Clavicularis)
Yakni garis imaginer yang ditarik dari pertenggahan clavicula lurus  terus kebawah sampai pada lipatan pangkal paha.
3.    Linea Sternalis
Yakni garis imajiner yang ditarik dari tepi pertemuan tulang costa dengan sternum, dari atas ke bawah pada arcus costae.
4.    Linea Para Sternalis
Yakni garis imajiner yang ditarik dari atas kebawah yang berada dari pertengahan antara linea mamilaris dengan linea sternalis.
5.    Linea Maxilaris
Yakni garis imajiner yang ditarik lurus dari atas kebawah dimulai dari tepi depan ketiak sampai ke spina iliaka superior anterior.
6.    Bidang Trans Pylorik
Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua ujung arcus costae kanan dan kiri.
7.    Bidang Trans Tuberkuler
Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua spina illiaka superior anterior.
Sehingga dengan demikian bila kita mencermati tubuh kita ( thorax dan abdomen ), akan terbagi menjadi 9 bagian atau biasa disebut dengan region, diantaranya :
a.    Regio Hypochondrica Dextra
Yakni regio yang dibatasi oleh kanan linea maxillaris dextra, bawah oleh bidang trans pylorik, kiri oleh linea mamillare/linea medio clvicularis dextra.
b.    Regio Epigrastica
Yakni region yang dibatasi oleh linea mamillar/linea medio clavicularis dextra dan linea mamillaris sinistra, sebelah bawah oleh bidang trans pylorik.
c.    Regio Hypochondrica Sinistra
Regio yang dibatasi sebelah kiri oleh linea maxilaris sinistra dan kanan oleh linea mamillaris/linea medio clavicularis sinistra, bagian bawah oleh bidang trans pylorik.
d.   Regio Lateralis Dextra
Regio yang dibatasi oleh sebelah kanan linea maxillaris dextra, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik dan pada bagian bawah oleh bidang transtuberkuler.
e.    Regio Umbilikalis
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah atas bidang trans pylorik, sebelah kanan oleh linea medio clavicularis dextra dan bagian bawah dibatasi oleh bidang tuberkularis, disebelah kiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
f.     Regio Lateralis Sinistra
Regio yang dbatasi oleh sebelah kanan linea medio clavikularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik, sebelah kiri dibatasi oleh linea maxilaris sinistra, bagian bawah dibatasi oleh bidang trans tuberkularis.
g.    Regio Inguinalis Dextra
Yakni region yang dibatasi oleh kanan spina illiaca superior anterior dextra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra, sebelah bawah oleh tepi dari lipatan paha, jadi bentuk region ini adalah berbentuk segitiga.



h.    Regio Pubica
Yakni region yang dibatasi oleh bidang trans tuberkularis, sebelah bawah sepanjang lipatan paha dan melintas pubis, sampai kekiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
i.      Regio Inguinalis Sinistra
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan oleh linea medio clavicularis sinistra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis sinistra, bagian kiri oleh spina illiaca superior anterior sinistra.
1.2    Organ-organ yang terdapat di dalam Abdomen
1.2.1   Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: kardia, fundus, dan antrum. Lambung biasanya memiliki bentuk J,dan terletak di kuadran kiri atas abdomen. Terletak dibawah diafragma didepan pancreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
Fungsi Lambung
1.    Menampung makanan, menghaluskan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung,
2.    Getah cerna lambung yang dihasilkan :
a.    Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino atau albumin dan pepton.
b.    Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan disinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
c.    Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
d.   Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung.
1.2.2   Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15cm, lebar 5cm mulia dari duodenum sampai ke limpa, dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Pankreas terbantang pada vertebra lumbalis I dan II di belakang lambung.
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Sekresi Pankreas
1.    Hormon Insulin.
Hormone ini langsung dialirkan kedalam darah tanpa melewati duktus. Sel-sel kelenjar yang menghasilkan insulin ini termasuk sel kelenjar endokrin. Kumpulan sel ini berbentuk seperti pulau-pulau, yang disebut pulau langerhans
2.    Getah pancreas.
Sel-sel yang memproduksi getah pancreas ini termasuk kelenjar eksokrin. Getah pancreas dikirim kedalam duodenum melalui duktus pankreotikus yang bermuara pada papilla vateri yang terletak pada dinding duodenum.
          Fungsi Pankreas :
1.    Fungsi eksokrin, membentuk getah pancreas yang berisi enzim dan elektrolit.
2.    Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epithelium yang berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau langerhans yang bersama-sama membentuk organ endokrin, yang mengsekresikan insulin.
3.    Fungsi sekresi eksternal, cairan pancreas dialrkan ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.
4.    Fungsi sekresi internal, sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau langerhans sendiri langsung dialirkan ke dalam peredaran darah. Sekresinya disebut hormone insulin dan hormone glucagon. Hormon tersebut dibawa kejaringan untuk membantu metabolism karbohidrat.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
1.2.3   Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh, dengan berat sekitar 1300-1550 gram, ±1,5 kg. Warnanya merah kecoklatan sangat vascular dan lunak. Letaknya bagian atas dalam rongga abdomen, disebelah kanan bawah diafragma. Hati berbentuk baji dengan dasarnya pada sisi kanan dan apek pada sisi kiri. Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen, yang dilindungi oleh kartilago kostalis.
Fungsi Hati:
1.    Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang disimpan disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan.
2.    Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan urine.
3.    Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
4.    Sekresi empedu, garam empedu dibuat dihati, dibentuk dalam system retikulo endothelium, dialirkan ke empedu.
5.    Pembentukan ureum, hati menerima asam amino yang kemudian diubah menjadi ureum, dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urine.
6.    Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.
1.2.4   Usus
Usus terdiri atas :
1.    Usus Halus
Usus halus adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya ± 6m, merupakan saluran paling panjang, tempat proses pencernaan dan absorbs hasil pencernaan yang terdiri dari lapiasan usus halus.
Usus halus terbagi atas 3, yaitu
a.    Duodenum
Duodenum disebut juga usus duabelas jari, panjangnya ± 25cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lender yang membukuit disebu papilla vateri. Pada papilla vateri ini ermuara disaluran empedu dan saluran pancreas. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak megandung kelenjar, yang disebut kelenjar brunner, yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
b.    Jejunum dan Ileum
Jejunum dan ileum mempunyai panjang ± 6m. Dua perlima bagian atas adalah jejunum dengan panjang ± 2-3m dan ileum dengan panjang ± 4-5m. Lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium.
Fungsi Usus Halus
1)   Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler darah dan saluran limfe
2)   Menyerap protein dalam bentuk asam amino
3)   Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
4)   Absorbsi air, garam dan vitamin
5)   Menerima empedu dan getah pancreas
6)   Sekresi cairan usus
2.    Usus Besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1.5 m lebarnya 5-6cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lender, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat.
Usus Besar terbagi atas:
a.    Sekum
Sekum adalah kantung lebar terletak pada fosa illiaka dextra. Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga sebagai umbai cacing,
b.    Apendiks
Apendiks disebut juga sebagai umbai cacing, panjangnya 18cm dan membuka pada sekum sekitar 2,5cm dibawah katup ileo sekal.. Seluruh bagiannya ditutupi oleh peritoneum, mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup. Apendik memiliki lumen yang sempit, lapisan submokosanya mengandung banyak jaringan limfe.

c.    Colon Asendens
Panjangnya 13cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum kebawah hati melengkung kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica.
d.   Colon Transfersum
Colon Transfersum panjangnya ± 38cm, membujur dari colon asenden sampai ke colon desenden, yang berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica, dan sebelah kiri terdapat fleksura linearis.
e.    Colon Dsendens
Colon ini panjangnya ± 25cm, terletak di bagian bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas kebawah dan fleksura linearis sampai kedepan ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid.
f.     Colon Sigmoid
Colon ini merupakan lanjutan dari colon desenden terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
g.    Rektum
Rektum terletak dibawah kolomsigmoid, yang menghubungkan intestine mayor dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis didepan os skrum dan os koksigeus.
h.    Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar/ udara luar.
1.2.5   Ginjal
Ginjal merupakan suatu kelunjar yang terletak dibagian belakang kavum abdominalis dibelakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen.Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada 2buah, yang letaknya ada pada kiri dan kanan. Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 12cm, lebar 7cm dan tebal maksimal 2,5cm. Gimjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.
          Fungsi ginjal :
1.    Memegang peranan ppenting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun
2.    Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3.    Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4.    Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zt lain dalam tubuh
5.    Mengeluarkan sisa-sisa metabolism hasil akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
6.    Berperan dalam produksi vit D
1.2.6   Ureter
Ureter merupakan tabung dari ginjal yang menuju ke vesika urinaria. Terdapat 2 ureter dalam tubuh manusia, masing2 berada di kanan dan kiri. Setiap ureter panjangnya sekitar 25cm. Ureter dimulau dari bagian pelvis ginjal,bagian yang berdilatasi melekat pada hilum ginjal. Kemudian berjalan ke bawah di bagian posterior didnding abdomen di belakang peritoneum. Didalam pelvis, ureter membelok ke depan dan ke belakang untuk memasuki vesika urinaria, melewati dindingnya ureter berjalan secara oblik.
Lapisan dinding ureter mengalami gerakan peristaltic yang nantinya akan membuat ureter mampu mendorong urine dari ginjal ke vesika urinaria.
1.2.7   Vesika Urinaria
Vesika urinaria atau yang biasa disebut dengan bllader atau kandung kemih merupakan suatu organ dalam system pencernaaa yang mempunyai fungi menampung urine yang telah disalurkan dari ginjal melalui ureter. Ketika kosong kandung kemih terletak pada pelvis, sedangkan ketika lebih dari setengah bagiannya terisi, kandung kemih menempati abdomen di tas pubis. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilinggi oleh otot yang kuat,
1.2.8   Uterus
Uterus adalah organ yang tebal, berotot dan berbentuk buah peer, terletak didalam pelvis antara rectum dan kandung kemih. Ototnya disebut miometrium. Uterus terapaung didalampelvis dengan jaringan ikat dan ligamen. Panjang uterus ±7,5cmlebar 5cm, tebal 2,5cm, dengan berat 50gram. Pada rahim wanita dewasa yang belum pernah menikah (bersalin) panjang uterus adalah 5-8cm, beratnya 30-60gram.
Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, ovum yang telah keluar dari ovarium dihantarkan melalui tuba uterine ke uterus. Pembuahan ovum secar normal terjadi didalam tuba uterina, endometrium disiapkan untuk menerima ovum yang telah dibuahi, dan ovum tertanam dalam endometrim. Pada waktu hamil uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi kuat dan besar samai keluar pelvis masuk kedalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan janin. Pada saat melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar.




BAB II
PEMERIKSAAN ABDOMEN


            Pemeriksaan fisik, dalam prakteknya tidah hanya cukup menggunakan pemeriksaan fisik saja namun juga pengkajian secara utuh. Dimana pengkajian yang bisa dilakukan untuk abdomen seperti halnya pada pengkajian secara keseluruhan adalah anamnesa atau wawancara serta pemeriksaan fisik.
2.1    Anamnesa
Anamnesa adalah metode atau cara untuk mendapatkan informasi dengan menanyakan pertanyaan tertentu pada pasien (Wikipedia. 2010).
Anamnesa yang dilakukan ini adalah menyangkut tentang :
·      Biodata pasien
·      Keluhan-keluhan pasien
·      Penyakit sekarang
·      Riwayat Kesehatan yang lalu
·      Status Kesehatan Terakhir
·      Riwayat Keluarga
·      Riwayat Psikososial
Terdapat 2 kriteria Anamnesa diantaranya :
1.    Auto anamnesa
     Anamnesa yang dilakukan secara langsung kepada pasien.
     Contoh auto anamnesa :
§  Jenis makanan apa yang membuat Anda diare ?
§  Aktivitas apa yang dapat menyebabkan Anda nyeri ?
§  Aktivitas apa saja yang dapat mengurangi nyeri pada perut Anda ?
§  Aktivitas apa saja yang dapat menambah nyeri pada perut Anda ?
§  Di daerah mana Anda merasakan nyeri ?
§  Apakah nyeri yang Anda rasakan menyebar ?
§  Seberapa Anda merasakan nyeri ?
§  Apa yang Anda lakukan ketika perut Anda terasa sakit ?
§  Kapan Anda merasakan nyeri pertama kali?
§  Nyeri itu dating secara tiba-tiba ataukah bertahap?
§  Bagaimana Frekuensinya ?
§  Apakah Anda sering terbangun pada malam hari karena nyeri pada perut Anda ?
§  Bagaimana pola defekasi Anda ?
§  Apakah sekarang Anda sedang mengalami Stress ?
§  Apa yang menyebabkan Anda Stress ?
§  Apakah Anda mempunyai kebiasaan merokok ?
§  Apakah Anda mempunyai kebiasaan minum alkohol ?
§  Apakah Anda sedang mengkonsumsi obat?
§  Apakah Anda suka mengkonsumsi kafein (kopi) ?
§  Bagaimana kondisi feses Anda ?
§  Apakah Anda merasakan kesulitan ketika menelan ?
§  Apakah Anda pernah mengalami tindakan pembedahan ?
2.    Allo anamnesa
     Anamnesa yang dilakukan tidak secara langsung kepada pasien, misalnya anamnesa pada keluarga pasien, atau tenaga medis yang merujuk pasien.
     Contoh allo anamnesa :
§  Apakah pasien baru datang dari luar negeri ?
§  Terapi apa saja yang sudah diberikan pada pasien ini?
§  Bagaimana kondisi pasien sebelumnya?
§  Apa yang paling dikeluhkan pasien?
§  Bagaimana riwayat kesehatan yang dimiliki pasien?
§  Apakah pasien memiliki riwayat penyakit menular?
§  Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami gejala ini?
§  Bagaimana pola hubungan/kekerabatan masing-masing anggota keluarga anda, jika ada yang mengalami sakit ?
2.2    Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan 4 teknik pemeriksaan fisik yang bias disingkat dengan IPPA ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Aukskultasi). Teknik Pemeriksan yang dilakukan pada abdomen, diantaranya :
2.2.1   Inspeksi
Saat bertemu dan melihat pasien, tentunya akan terbersit kesan keadaan umum pasien tersebut dalam pikiran kita, bila hal ini dicermati maka akan didapatkan informasi-informasi tentang pasien tersebut.
Inspeksi yang dilakukan pada abdomen, diantaranya meliputi :
a.    Kulit Abdomen
Pada pemeriksaan kulit di daerah abdomen ini yang perlu diperhatikan :
     Kebersihan kulit
     Warna kulit
     Ada tidaknya luka atau bekas luka termasuk jaringan parut
     Adanya benjolan
b.    Bentuk Abdomen
Bentuk abdomen yang dimaksudkan disini adalah datranya abdomen, tidak terjadi penumpukan cairan/ lemak yang berlebihan.
2.2.2   Palpasi
Palpasi ialah metode pemeriksaan di mana penguji merasakan ukuran, kekuatan, atau letak sesuatu dari bagian tubuh pasien (di mana penguji ialah praktisi kesehatan) (Wikipedia. 2010).
Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran, bentuk, serta konsistensi organ yang ada di dalam abdomen. Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan, dan utamanya dengan ujung jari, dimana telah kita pahami bahwa ujung jari adalah bagian tubuh yang relative paling sensitive dalam berfungsi sebagai indra perabaan. Palpasi dibagi atas :
     Palpasi Dangkal
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dengan berat jari tangan.
     Palpasi Dalam
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan meletakkan jari-jari tangan yang sebelah/satunya dari tangan yang lain tepat diatas jari tangan yang terdahulu, sehingga kita akan mendapatkan kesan pengkajian yang lebih baik dari semula.
     Palpasi Bimanual
Yaitu palpasi yang dilakukan dengan menggunakan kedua belah jari tangan kanan dan kiri sekaligus, dimana kita posisikan ujung-ujung jari kita pada tepi organ atau benjolan yang diperiksa. Dengan menggerakkan kedua jari tangan secara bergantian atau bersamaan akan diperoleh kesan tentang ukuran, konsistensi, adanya perlekatan dengan sekitar atau tidak, serta tekstur permukaaan objek tadi.
Cripitasi : pada saat palpasi kita merasakan/ seras ada seperti sesuatu yang bergesekan, seperti ada barang yang hancur, ataupun bergesekan dengan yang lain.
     Palpasi Ballotement
Mirip dengan palpasi Bimanual, hanya saja pergerakan jari hanya dilakukan secara bergantian, sehingga diperoleh kesan apakah objek tadi mengapung dalam suatu wadah ataukah melekat pada bagian tubuh yang lain.
     Palpasi Khusus
Yaitu palpasi yang dilakukan dengan menggunakan ujung-ujung jari telunjuk saja atau jari telunjuk dengan jari tengah, yang kita kenal dengan Toocher. Sebagai contoh yaitu pada Rectal Toucher dan Vaginal Toucher.
Palpasi yang dilakukan pada abdomen meliputi:
a.    Permukaan Abdomen
Palpasi pada permukaan abdomen ini dimaksudkan untuk mengetahui
     adanya  benjolan atau kerusakan kulit
     ada tidaknya nyeri dan nyeri tekan
     tekstur kulit abdomen
     turgor kulit abdomen
     konsistensi abdomen
     suhu abdomen
b.    Hepar/hati
Palpsi hepar dilakukan dengan palasi bimanual, hal ini dimaksudkan dengan tujuan terutama untuk mengetahui bila ada pembesarab hepar. Langkah palpasi hepar :
     Letakkan tangan kiri pada dinding thorak posterior kira-kira pada tulang rusuk ke 11 atau 12.
     Letakkan tangan kiri ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada.
     Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan, sudut kira-kira 45dengan otot rektus abdominal atau parallel terhadap otot rektus abdominal dengan jari-jari kea rah tulang rusuk.
     Pada pasien ekhalasi, lakukan penekanan ke dalam 4-5cm ke arah bawah pada batas tulang rusuk.
     Jaga posisi tangan dan suruh pasien inhalasi (menarik napas dalam).
     Rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur regular. Bila hepar tak terasa/teraba minta pasien untuk mebarik nafas dalam sementara posisi tangan tetap dipertahankan atau lebih sedikit diberi tekanan lebih dalam.
     Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan.
c.    Limpa
Pada orang dewasa yang normal limpa tak teraba, palpasi limpa baru teraba bila terjadi abnormalitas. Langkah melakukan palpasi limpa pada intinya sama dengan hepar, yang membedakan hanya tempat melakukan palpasi. Palpasi limpa dilakukan pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan pola seperti pada palpasi hepar.
d.   Ginjal
Secara anatomis, lobus atau kedua ginjal menyentuh diafragma dan ginjal turun sewaktu inhalasi. Ginjal kanan normalnya lebih mudah dipalpasi daripada ginjal kiri, karena ginjal kanan terletak lenih bawah dari ginjal kiri. Ginjal kanan terletak sejajar dengan tulang rusuk ke-11. Dalam melakukan palpasi ginjal, pasien diatur pada posisi supinasi dan perawat berada pada sisi kanan pasien, langkah-l2ngkah palpasi ginjal adalah:
     Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di bawah panggul dan elevasikan ginjal ke arah anterior.
     Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis midclavicularis dari tepi bawah batas costa.
     Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sementara pasien menarik nafas panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal tidak teraba tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan.
     Bila ginjal teraba, rasakan mengenai kontur (bentuk), ukuran, dan adanya nyeri tekan.
     Untuk melakukan palpasi ginjal kiri lakukan di sisi seberang tubuh pasien, dan letakkan tangan kiri di bawah panggul kemudian lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan.
e.    Kandung Kemih
Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tangan. Kandung kemih teraba terutama bila mengalami distensi akibat penimbunan urin.
2.2.3   Perkusi
Teknik pemeriksaan ini menggunakan prinsip pantulan getaran gelombang suara, dari ketukan-ketukan yang akan kita lakukan dengan menggunakan jari tangan, dimana salah satu dari jari tangan berfungsi sebagai dasar, dan salah satu jari tangan dari tangan yang lainnya menjadi pengetuk.
Pantulan suara/ suara perkusi yang biasadijumpai diantaranya :
     Sonor
Yaitu suara menggema, biasanya didapati pada daerah paru pada orang yang normal.
     Hypersonor
Yaitu suara menggema yang keras, biasanya dijumpai pada paru-paru dengan kelainan (emphysema, pneumothoraks, hypermeteorisme) serta bagian tubuh yang menggandung udara.
     Tympani
Yaitu suara yang keras, bernada tinggi, biasanya ditemukan pada lambung yang penuh dengan udara, serta usus yang kembung.
     Dullnes
Suara pekak/tumpul yang biasa dijumpai pada objek yang padat seperti hepar.
Pemeriksaan perkusi pada abdomen diantaranya :
a.    Lambung
Pada orang normal didapatkan suara sonor sampai tympani
b.    Hepar
Didapatkan suara pekak
c.    Usus
Pada pemeriksaan perkusi usus pada orang normal didapatkan suara tympani.
d.   Kandung Kemih
Perkusi pada kandung kemih yang normal didapatkan suara sonor.
2.2.4   Aukskultasi
Aukskultasi adalah salah satu cara pemeriksaan fisik dengan mendengarkan organ atau bagian tubuh pasien menggunakan stetoskop. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam pemriksaan ini diantaranya : ronchi, rochelen, klinken, murmur, wheezing, friksi, dan gallop.
Pemeriksaan aukskultasi pada abdomen yaitu bertujuan untuk mendengarkan bising usus serta pembuluh darah.
Bising usus merupakan suara yang terjadi saat peristaltik yang disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan sepanjang mediastinum. Banyak atau sedikitnya bising usus yang didengarkan saat aukskultasi tergantung dari pergerakan atu motalitas usus, normalnya bising usus adalah 5-12kali permenit.
Selain digunakan untuk kedua hal tersebut diatas, pada pasien yang sedang mengalami kehamilan aukskultasi pada abdomen dilakukan untuk mengetahhui DJJ dan kondisi rahim yang dikandung pasien.
Langkah aukskultasi bising usus adalah:
            Letakkan diafragma pada tekanan ringan pd tiap kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltik aktif dan gurgling tiap 5-20 detik. Frekuensi suara bergantung pada status pencernaan ada/tdk nya makanan pada saluran pencernaan. Bila bising usus terdengar jarang sekali/tidak ada, dengarkan 3-5 menit sebelum dipastikan.
Langkah aukskultasi pembuluh darah :
Letakkan bagian bel stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka. Auskultasi aorta dari arah superior ke umbilikus. Auskultasi arteri renalis dg meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen ke arah kanan kiri garis abdomen bagian atas mendekati panggul. Pada orang normal aukskultasi pembuuh darah tidak didapatkan suara, yang ada hanya detak heart rate dari arteri.



BAB III
ABNORMALITAS


Abnormalitas abdomen merupakan suatu kelainan yang muncul pada abdomen, serta organ-organ yang ada didalam abdomen. Abnormalitas abdomen dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan fisik baik anamnesa maupun melalui IPPA. Dari abnormalitas ini nantinya akan bisa ditelusuri apa yang menyebabkab terjadinya abnormalitas pada daerah tersebut untuk kemudian dicarikan solusi, perawatan dan terapi yang bagaimana yang akan cocok untuk mengatasi masalah tersebut.
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen sesuai dengan cara pemeriksaan fisik yang dilakukan diantaranya :
3.1    Inspeksi
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen adalah:
1.    Adanya luka atau luka bekas operasi hingga timbulnya jaringan parut
2.    Bila ada luka, adakah pus atau serum
Adanya pus mengartikan bahwa telah terjadi peradangan pada daerah luka.
3.    Nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen.
Nodul atau massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tak ganas. Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia.
4.    Hyperpigmentasi kulit abdomen
Pada pasien yang sedang hamil, hyperpigmentasi atau yang biasa disebut dengan striae ini wajar terjadi, namun bila hal ini terjadi pada pasien yang tidak sedang mengalami kehamilan, maka hal ini terjadi pada pasien yang mengalami asites.
5.    Adanya gelombang peristaltic menandakan adnya obstruksi di GI
6.    Adanya pulsasi menandakan adanya peningkatan pada aneurisme aortik
7.    Bentuk abdomen
Pada pasien dengan marasmus perutnya akan terlihat sangat kurus dan cekung. Sebaliknya pada pasien-pasien yang mengalami sirosis hepatis, biasanya terjadi asites pada perut karena penumpukan cairan yang berlebihan. Selain itu pada pasien dewasa biasanya juga dapat dijumpai perut yang buncit, banyak factor yang mempengaruhinya, dari penumpukan lemak, BAB yang tak lancer, yang kesemuanya itu akan meningkatkan resiko penyakit bagi orang tersebut terlebih resiko PJK.
3.2    Palpasi
Pemeriksaan palpasi abnormal yang mungkin terjadi diantaranya :
1.    Teraba nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen.
Nodul atau massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tak ganas. Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia.
2.    Nyeri dan nyeri tekan
Letak nyeri menjadi pengaruh dari masalah yang terjadi di daerah tersebut, yang nantinya akan mempengaruhi pendiagnosaan serta perawatan dan pemberian terapi atas nyeri yang dirasakan.
Diagnosis banding nyeri :
a.    Kwadran kanan atas
·      Cholecystitis acute
·      Perforasi tukak duodeni
·      Pankreatitis acute
·      Hepatitis acute
·      Acute Congestive Hepatomegali
·      Pneumonia dan pleuritis
·      Phyelonefritis Acute
·      Abses Hepar
b.    Kwadran kiri atas
·      Ruptura Lienalis
·      Perforasi Tukak Lambung
·      Pencreatitis Acute
·      Rupture Aneurisma Aorta
·      Perforasi Colon
·      Pneumonia daan Plieuritis
·      Phyelonefritis
·      Infark Miokard Acute
c.    Kwadran para umbilical
·      Ileus Obstruksi
·      Appendicitis
·      Pankreatitis Acute
·      Trombosis Arteri /Vena Mesentrial
·      Hernia Inguinalis Strangulata
·      Aneurisma aorta yang pecah
·      Diverculitis
d.   Kwadran kanan bawah
·      Appendicitis
·      Salphingitis Acute
·      Graviditas Axtra Uterin yang pecah
·      Hernia Inguinalis Incarserata/ Strangulata
·      Diverculitis Meckel
·      Ileus Regionalis
·      Psoas Abses
·      Batu Ureter (Colic)
e.    Kwadran kiri bawah
·      Sigmoid Diverkulitis
·      Salphingitis Acute
·      Graviditas Axtra Uterin yang pecah
·      Torsi Ovarium Tumor
·      Hernia Inguinalis Incarserata/ Strangulata
·      Perforasi Colon Dedenden (Tumor, Corpus Alineum)
·      Psoas Abses
·      Batu Ureter (Colic)
3.    Raba hepar saat pasien menghirup nafas, bila ujung teraba keras, menandakan sirosis.
4.    Ukur jaraknya dari margin costae pada garis midclavicular, bila jarak meningkat kemungkinan terjadi hepatomegali.
5.    Raba ginjal, apabila terjadi pembesaran kemungkinan terjadi hidronefrosis, kanker, kista.
6.    Periksa nyeri tekan terhadap sudut kostovertebra kemungkinan bila terjadi nyeri tekan pada infeksi ginjal.
7.    Adanya kekauan otot pada daerah yang nyeri

3.3    Perkusi
Perkusi abnormal yang mungkin ditemukan dalam pemeriksaan fabdomen adalah:
1.    Bunyi pekak pada sebagian besar abdomen terlebih pada bagian atas, dapat ditemukan pada pasien dengan sirosis hepatis yang asites.
2.    Pada daerah lambung terdengar pekak, disebabkan karena hepatomegali ataupun slenomegali.
3.    Pada Vesika Urinaria terdaengar sonor, disebabkan karena adanya retensi urine dalam vedika urinaria.
3.4    Aukskultasi
1.    Penurunan atau peningkatan bising usus.
Bising usus meningkat pada saat seseorang mengalami diare, dan menurun pada saat seseorang konstipasi.
2.    Adanya desiran menandakan adanya stenosis arteri renalis.
Sisebabkan karena arteri renalis mengalami perforasi
3.    Friction rubs menandakan adanya tumor hear, infark splenikus.








DAFTAR PUSTAKA

Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 1995. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rahardjo, Djoko Setijadji. 2001. Pedoman Praktis Pengkajian Fisik Secara Umum. Surabaya: Cipta Usaha Makmur.
Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.